Nggak Mau ke Gunung Lawu, Ini Sejarahnya Keturunan Adipati Cepu


Nggak Mau ke Gunung Lawu, Ini Sejarahnya Keturunan Adipati Cepu

Disini Prabu Brawijaya membangun Candi Cetho. Disini dia dikejar pasukan dari Cepu di bawah pimpinan Adipati Cepu yang menaruh dendam lama. Prabu lari ke arah Gunung Lawu; Bulak Peperangan : Berada di lereng Gunung Lawu. Di lokasi ini konon terjadi pertempuran antara pengikut Prabu Brawijaya dan pasukan yang mengejarnya.


GUNUNG LAWU PRABU BRAWIJAYA V, hingga mitos ttg keturunan Adipati Cepu yg tidak boleh naik

Namun, pasukan Cepu tak berhasil menangkap Prabu Brawijaya V yang mengasingkan diri ke puncak Gunung Lawu. Di puncak Gunung Lawu, Prabu Brawijaya V mengeluarkan sumpah kepada Adipati Cepu. Menurut cerita, isi sumpahnya jika ada orang-orang dari daerah Cepu atau keturunan langsung Adipati Cepu naik Gunung Lawu, maka akan celaka.


Perjalanan menuju Petilasan Arya Penangsang Adipati Jipang yang dihormati di Blora Cepu YouTube

Konon, sumpah Prabu Brawijaya V ini diucapkannya ketika adipati Cepu dan para pengawalnya mengejar raja terakhir Majapahit di Gunung Lawu. Isi sumpah Prabu Brawijaya ini khusus hanya untuk adipati Cepu dan keturunannya. Gunung Lawu dikaitkan dengan Raja Brawijaya sangat erat, menjadikan kisah sangat menarik untuk ditelusuri.


Ucap Sumpah Serapah, Ini yang Diucapkan Prabu Brawijaya di Puncak Gunung Lawu Untuk Adipati Cepu

Jipang adalah desa yang berada di kecamatan Cepu, Blora, Jawa Tengah, Indonesia. Desa yang terletak di tepi Bengawan Solo ini juga mengandalkan ekonominya pada pertanian, berternak dan pertambangan. Mayoritas atau 97% dari penduduk desa ini memeluk agama Islam, 3% lainnya Kristen Katolik dan Kristen Protestan.


Karena Ulahnya Adipati Cepu dan Keturunannya harus Kena Imbas Kutukan Sumpah Prabu Brawijaya

Kala itu Adipati Cepu yang berhasil lolos dari maut memilih melarikan diri. Nah, lokasi bulak peperangan itu hingga kini masih sering dikunjungi para pendaki Gunung Lawu untuk literasi sejarah. Lokasinya berada di sebelah Utara dari puncak Hargo Dumilah atau berada di sebelah Pasar Dieng atau Pasar Setan.


Cepu Kota Minyak Pada Pertengahan Abad XVI Dipimpin Adipati Jipang.

Tepat di puncak Gunung Lawu, Prabu Brawijaya V mengeluarkan sumpah kepada Adipati Cepu serta keturunannya, gara-gara Adipati Cepu terus mengejar prabu Brawijaya di tempat persembunyiannya di gunung lawu tersebut. Sumpah tersebut adalah ungkapan kekesalan Prabu Brawijaya karena merasa terusik dengan adipati dan para pengawalnya yang terus.


Cerita Gunung Lawu, Raden Brawijaya Dan Adipati Cepu Semut Desa Blog's

Sementara di puncak Lawu, Prabu Wijaya mengikrarkan sumpah untuk Adipati Cepu: siapa saja orang-orang dari Cepu, atau keturunan langsung Adipati Cepu, akan celaka jika naik ke Gunung Lawu. Hingga kini sebagian orang masih mempercayai sumpah yang lekas jadi mitos tersebut. Selain mitos orang Cepu dilarang naik Gunung Lawu, ada juga kepercayaan.


Terkenal Sebagai Pusat Spiritual Keraton, Ini Sejarah Gunung Lawu

Cepu merupakan sebuah wilayah kecamatan yang menjadi bagian dari Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Wilayah Cepu merupakan wilayah perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.. Raja Adipati Jipang yang memerintah pada pertengahan abad ke-15. Kala itu, Arya Penangsang adalah Raja Demak ke-5 yang merupakan penguasa terakhir Demak. Ia.


Adipati Cepu Dan Keturunannya, Akan Celaka Jika Naik Gunung Lawu, Apakah Ini Yang diucapkan

Kala itu Adipati Cepu yang berhasil lolos dari maut akhirnya memilih melarikan diri. Nah, lokasi bulak peperangan itu hingga kini masih sering dikunjungi para pendaki Gunung Lawu untuk literasi sejarah. Lokasi bulak peperangan itu berada di sebelah Utara dari puncak Hargo Dumilah atau berada di sebelah Pasar Dieng atau Pasar Setan.


Merasa Terdesak Dikejar Adipati Cepu dan Pasukannya, Prabu Brawijaya Ucapkan Sumpah Ini di

Di tempat ini, konon Prabu Brawijaya V mengeluarkan sumpah kepada Adipati Cepu. Menurut cerita, isi sumpahnya jika ada orang-orang dari daerah Cepu atau keturunan langsung Adipati Cepu naik Gunung Lawu, makan akan celaka. Karena itulah beberapa orang dari daerah Cepu ada yang masih takut naik ke Gunung Lawu.


Merasa Terdesak Dikejar Adipati Cepu dan Pasukannya, Prabu Brawijaya Ucapkan Sumpah Ini di

Cepu ( Jawa: ꦕꦼꦥꦸ) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini terletak di perbatasan dengan provinsi Jawa Timur, dan dilewati jalan yang menghubungkan Surabaya - Purwodadi - Semarang .


Wajib Masuk List! inilah 6 Objek Wisata di Subang yang Paling Hits

Geram terus dikejar pasukan cepu, dalam persembunyiannya di puncak Gunung Lawu, Prabu Brawijaya mengeluarkan sumpah kepada Adipati Cepu: "Sawijining ono Anggone uwong cepu utawi turunane Adipati Cepu pinarak sajroning gunung lawu bakale kengeng nasib ciloko lan agawe bisa lungo ing gunung lawu". jika diartikan:


Inilah Kutukan Prabu Brawijaya, Membuat Keturunan Adipati Cepu Ketakutan Di Gunung Lawu

Terlebih lagi saat itu Majapahit mulai runtuh, Adipati Cepu-pun semakin berani menentang Brawijaya. Hal itulah yang menyebabkan Prabu Brawijaya lari ke arah puncak Gunung Lawu melalui hutan belantara. Karena kecewa dan sakit hati terus di kejar pasukan Adipati Cepu, Prabu Brawijaya pernah mengucapkan sumpah di atas Gunung Lawu..


Ngeri, Kisah Mistis Pantai Karang Hawu Sukabumi, Ditebing Terjal Ini Nyi Roro Kidul Menceburkan Diri

Prabu brawijaya yang merasa kesal terhadap adipati cepu dan para pengawalnya yang terus mengejarnya, akhirnya raja terakhir majapahit ini megeluarkan sumpahnya khusus untuk adipati cepu dan keturunannya. Penasaran detailnya, mulai dari awal hingga isi sumpah prahu brawijaya tersebut, begini ceritanya. BACA JUGA: Gara - gara Sumpah Prabu.


Tak Mau Naik Gunung Lawu, Tenyata Ini Alasan Keturunan Adipati Cepu

Sumpah abadi Brawijaya V di puncak Gunung Lawu masih merupakan sebuah misteri hingga saat ini.


Apakah Fakta Atau Mitos? Bahwa Keturunan Adipati Cepu Terkena Kutukan Brawijaya Di Gunung Lawu?

Adipati Jipang (Cepu masa lal u) yang dikenal bijaksana, pemberani,. Cepu is a city that inherits the existence of the figure of Arya Penangsang and Kadipaten Jipang. The revitalization of the.

Scroll to Top